#RamadhanBerkisah


"Dia jadian masa ca" Seseorang dengan tiba-tiba masuk dalam kamarku, menubruk diriku yang tengah berkutat dengan di depan laptop. Tangisnya pecah, mengisi ruang sunyi dalam kamar ini. Ku elus punggungnya yang bergetar hebat, cairan lengket keluar dari indra pernapasan, aku bergidik jijik, namun tidak mengatakan yang sebenarnya. Bisa-bisanya aku habis di terkam cewek galau satu ini.

"Siapa yang jadian Yan?" Kuputuskan bertanya setelah tangis Dian, sahabtku itu reda.

"Dia... hikss... Bayu jadian Ca" Aku terhenyak kaget, pasalnya. Bayu tengah dekat dengan Dian, sejak 1 tahun lalu.

"Cowok bayak Yan, yang lebih baik dari Bayu juga banyak. Kamu tinggal pilih, jangan nangis ya"

"Bicaramu enak Ca, aku yang rasain. Aku yang sakit, rapuh. Seakan aku itu cabe Ca. Mengharapkan dia yang nyatanya suka sama cewek lain"

"Hus, bicaramu itu loh Yan" Refleks, aku memukul punggul Dian, membuatnya meringis kesakitan. Alu tertawa "maaf, maaf. Ya, abisnya kamu ngomongnya gitu"

"Dian. Tidak ada yang benar-benar abadi di dunia ini. Semuanya fana, hanya permainan sang Ilahi. Disetiap pertemuan pasti diakhiri sebuah perpisahan, yang hidup pasti mati" Aku uraikan dekapan Dian, memegang kedua bahu perempuan cantik ini.

"Tapi, aku sayang sama dia Ca. Kita udah lama kenal, dia udah bilang bahwa dia sayang sama aku, cinta sama aku" Dian menurunkan tanganku, mengenggamnya erat.

"Yan, ingat ini. Berpisah dengan orang tersayang, orang yanh sangat berharga bagi dirimu bukan akhir dari segalanya. Anggap saja, Tuhan sedang menguji kamu, menjadi orang yang lebih dewasa lagi"

"Ber-Husnuzzon lah pada-Nya. Dia Maha Mengetahui bagi setiap hambanya. Jodoh, rezeki, maut, telah diatur oleh-Nya. Yakinlah, tidak akan tertukar, bila Bayu memang jodohmu Yan, dia pasti kembali padamu"

"Semoga, Ca, semoga" Dian tersenyum, aku tahu, itu senyum terpaksa. Aku balas senyuman Dian." Semangat ya, jangan sedih terus" ku pukulkam genggaman tangan kami pada udara, Dian tertawa. Sukurlah.

"Kak, kebawah yuk. Sebentar lagi adzan magrib" Suara Bunda yang nyaring itu terdengar hingga kamarku di lantai 2.

"Tuh, udah di panggil Bunda. Buka puasa dulu disini ya" Dian mengangguk, sejurus kemudian meninggalkan aku di kamar sendirian.

Aku menggelengkan kepala seraya mengejar Dian menuju dapur.

"DIIAANNN"


#Day27
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#RamadhanBerkisah

#RamadhanBerkisah